Monday, 26 February 2018

Mudah Cara Mengubah Ukuran Foto Dengan Paint



Mungkin ada di antara anda yang pada keperluan tertentu diminta untuk mengirim/upload foto dengan ukuran tertentu, misalkan dimensi 400 pixel x 600 pixel dengan maksimum ukuran file 100 Kb. Kebutuhan ini biasanya digunakan jika anda ingin mendaftar pada suatu lembaga/instansi secara online, misalkan untuk pendaftaran kuliah, pendaftaran anggota organisasi, pendaftaran usaha onlne, organisasi yang mendaftar melalui online dan sebagainya.
Nah jika anda bukan ahli multimedia tentu bingung juga gimana cara mengubah foto/gambar yang anda miliki agar sesuai dengan ketentuan di atas.
Jangan khawatir, kali ini saya akan memberikan tips sederhana dan mudah sehingga masalah anda akan terselesaikan.
Aplikasi yang kita gunakan sudah ada dalam instalasi windows yaitu Paint. Dengan demikian tidak perlu lagi intsall aplikasi.
Baiklah langsung saja kita mulai.
•    Langkah pertama tentu anda harus menyiapkan file foto/gambar yang akan diedit.
•    Jalankan aplikasi Paint melalui Start Menu, All Program, kemudian Accessories, dan pilih Paint. Tampilannya sebagai berikut .


  •    Buka file foto yang akan diedit dengan cara klik menu , Open dan pilih file. Berikut saya membuat contoh dengan file bernama pasphoto, dimensi 259x195 px dengan ukuran file 4,3 Kb. Informasi ini ada di bagian bawah jendela aplikasi Paint.
 



•    Terlebih dahulu pilih area gambar yang akan diambil, contoh di atas, kita ambil area yang bagian berisi gambar, karena area yang dibagian kiri kosong maka akan kita buang. Caranya klik ikon Select, kemudian pilih area dengan cara letakkan pointer mulai dari bagian kiri atas klik kiri dan drag (jangan dilepaskan) kemudian geser pointer. Selama melakukan pemilihan akan terlihat dimensi gambar yang dipiliah di bagian bawah. Setelah sesuai keinginan drag dilepaskan. Selanjutnya klik ikon Crop atau Ctrl+Shift+X. Maka area yg tidak terpilih akan terbuang. Tentu saja setelah crop dimensi belum sesuai dengan yang kita inginkan, misalkan contoh gambar ini dimensinya 177 x 195 px.
 




•    Selanjutnya kita akan mengubah ukuran pixel menjadi 400 x 600 px.
Klik Resize , pada jendela resize pilih Pixel.
Kemudian ganti salah  nilai pixel sesuai kebutuhan, bisa bisa Horizontal atau Vertikan. Jika gambar di atas kita ganti nilai Horizontalnya dengan 400 maka nilei vertikan menjadi 440 berarti kebutuhan 600 px tidak terpenuhi. Oleh karena itu kita ganti nilai vertikal dengan 600 maka nilai horizontal menjadi 544. Nilai ini melewati kebutuhan yaitu 400. Tidak maslaah karena nanti bisa kita potong. Yang menjadi masalah adalah jika kurang, karena tidak bisa ditambahkan gambar.
 



•    Sekarang dimensi tinggi sudah terpenuhi, yaitu 600 pixel, tetapi dimensi 544 pixel, berarti berlebih, karena yang kita butuhkan 400 pixel. Nah untuk mengatur ini kita gunakan lagi fasilitas crop seperti di atas. Caranya klik ikon Select, kemudian pilih area dengan cara letakkan pointer mulai dari bagian kiri atas klik dan drag (jangan dilepaskan) kemudian geser pointer ke kanan bawah sampai ukuran menunjukkan lebar 400. Penetapan posisi pointer di bagian kiri atas disesuaikan kebutuhan. Setelah itu crop gambar.



  
•    Setelah itu silahkan simpan gambar dengan nama sesuai pilihan melalui Menu Paint dan Save As
__________________________________________________________________________
 BACA

Berbagai ebook gratis bisa diunduh di http://unduhayo.blogspot.co.id
CBT Mandiri untuk penilaian/test barbasis komputer di http://www.iwanyasa.com

___________________________________________________________________
Unduh



Wednesday, 14 February 2018

AKU KORBAN KEKERASAN GURU, Kisah Inspiratif


Kisah ini ditulis oleh seorang yang bernama Indah, merasa tersentuh untuk menyampaikan pengalamannya sewaktu duduk di bangku sekolah dasar (SD) berkaitan dengan viralnya beberapa kejadian mengenai kekerasan terhadap guru dan siswa.
Kisah ini sangat menyentuh, kiranya baik untuk menjadi renungan kita yang peduli terhadap dunia pendidikan masa kini.

_______________________________________________________
AKU KORBAN KEKERASAN GURU
_______________________________________________________

Perkenalkan, aku Indah. Lulusan terbaik Universitas Negeri Jakarta.
Kapan aku duduk di bangku SD? Pada masa teknologi masih Radio dengan antena, dan Televisi masih hitam putih dikeroyok semut.

Aku korban kekerasan guru sejak kelas tiga SD. Masih segar di ingatan, wali kelasku, Pak Yunus, berteriak marah, "hey, kamu! Maju ke depan kelas!" Dengan wajah menantang aku berdiri, menghampiri beliau.

"Selesaikan soal ini!" Lelaki empat puluh tahun itu memukul papan tulis dengan penggaris kayu. "Salah sedikit saja, habis kamu!" Aku dengan yakin mengerjakan soal matematika yang ia berikan.

"Sudah, Pak." Aku berseru dengan sombong. Yakin kalau jawabanku pasti benar.

Tapi ....
Plak ...! Penggaris dengan panjang satu meter itu mendarat di tubuh bagian belakangku. "Kamu perempuan, tapi bengal minta ampun! Duduk!" Aku kembali ke kursi sambil mengusap bagian yang sakit.
.
Di lain kesempatan, saat aku kelas lima, aku di panggil wali kelas dua, guru wanita yang terkenal killer, kejam dan suka menghukum. Namanya Bu Hernita. Matanya menakutkan, selalu membawa rotan di tangannya.

"Indah, kamu tadi memukul siswa kelas dua. Betul?" Aku biasanya selalu berani menghadapi guru, tapi hari itu, aku tertunduk takut. "Jawab...!" Wanita itu berteriak sambil memukul meja.

Aku benar-benar mati gaya waktu itu. Darah premanku menghilang. Padahal aku sudah sering dipanggil guru, tapi selalu selamat dari guru satu ini. Tapi kali ini, sepertinya adalah hari sialku.

"Kemari...!" Tanganku di tarik mendekat, "kepalkan tanganmu!" Aku menuruti, dan tiga puluh pukulan mendarat di kepalan tangan kecilku. Menangis? Ya, aku menangis, tentu saja, kalian boleh mencobanya, kalau tidak percaya, rasanya sakit!
"Aku akan laporkan pada ayahku!" Aku menangis dan berteriak, mengambil tas di kelas dan berlari pulang.

Tiba di rumah, aku menceritakan semuanya dengan jujur. Apa tanggapan ayahku? Dia menggandeng tanganku, dan kembali ke sekolah. Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Rasakan ...." kataku dalam hati.
Tapi ... tiba di sekolah, Ayah menghampiri Bu Hernita, dan berkata, "hukum dia lebih keras lagi, Bu, karena dia tidak sadar apa kesalahannya." Ayah meraih penggaris dan memukul tanganku berulang kali. Dan Bu Hernita menghentikan tindakan Ayah. "Di sekolah, hanya kami yang boleh menghukum. Bapak boleh pulang...!" tegas Bu Hernita.

Setelah Ayah pulang, Bu Hernita membawaku ke lapangan. Mengumpulkan semua siswa.

"Dengar semuanya! Mulai hari ini, Ibu tidak mau ada yang berteman dengan Indah ... kalau ada yang berteman, akan Ibu hukum! Faham?" Tatapan Bu Hernita beralih padaku, "dan kamu, kalau masih bersikap seperti ini. Ibu akan keluarkan kamu dari sekolah!" Kemudian beliau berlalu begitu saja.
.
Terhitung sejak hari itu, aku tidak memiliki satu orang teman pun. Semua teman menjauh setiap kali aku mendekat.
.
Aku sudah kelas lima menuju kelas enam waktu itu, usiaku bukan balita lagi. Aku sudah remaja, seharusnya sikapku tak seburuk itu.
.
Sampai pada puncak yang membuat aku terpukul lebih keras dari pukulan Bu Hernita, sore itu sepulang sekolah aku di panggil kepala sekolah. Saat aku masuk, ada Bu Hernita di sana.
.
"Indah, nilai kamu sejak kelas satu tidak buruk. Kelas satu sampai kelas dua, kamu selalu juara umum. Apa kamu tidak bertanya-tanya, kenapa di kelas tiga sampai kelas lima kamu tidak juara?" Kepala sekolah ku bernama Pak Sudirman, orangnya sangat lembut. Berbicara dengan penuh kasih sayang, "nilai kamu masih tinggi. Bahkan lebih tinggi dari peraih juara umum kita. Tapi perilaku kamu ini, yang membuat nilai angka rapormu tidak ada gunanya."
.
Aku tertunduk, Bu Hernita mengusap kepalaku. "Kemari, dengarkan Ibu." Jujur baru sekali itu aku melihat Bu Hernita selembut kapas berbicara padaku.
.
"Kamu tahu, Ndah? Apa yang paling berguna? Bukan angka-angka di rapor itu. Melainkan ... ini." Tangan beliau menyentuh dadaku. Aku sudah remaja waktu itu, dan sudah sangat memahami maksud beliau. Bagaimana rasanya? Malu! Ingin menangis, tapi tidak bisa. Jadinya? Sesak di dada!
.
"Begini, apa Ndah mau berubah? Karena kalau Ndah seperti ini terus, sekolah tidak akan meluluskan." Aku melihat ke arah Bu Hernita, aku tahu beliau serius.

"Mau berubah?" Bisik beliau pelan. Aku mengangguk. Pelan.

"Ndah janji, Ndah berubah, Bu. Ndah janji gak nakal lagi!"
======
Sejak hari itu, aku adalah Indah yang baru. Aku terlahir menjadi pribadi yang berbeda. Dan benar saja, saat kelas enam, aku kembali meraih juara umum.

Aku lulus tes dengan nilai terbaik di SMP favorit. Juga masuk dan lulus SMA dengan nilai yang masih sangat memukau, hingga aku berhasil meraih beasiswa sampai menyelesaikan S1.

Ketika lulis SMA, aku berkunjung kerumah Bu Hernita, menanyakan satu hal yang dulu tidak berani aku tanyakan.

"Kenapa di rapor, meski aku tidak juara, nilaiku masih di tulis dengan jujur?"

Beliau menjawab, "karena itu nilai kamu. Kami tidak berhak mempermainkannya."

Bertanya-tanya apa saja kenakalanku? Banyak teman-teman. Aku memukul adik dan kakak kelas, padahal mereka tidak sengaja menginjak kakiku waktu antri beli makan di kantin. Aku membuang buku PR teman sekelas yang sering mengangguku, terlebih aku ini perempuan. Dan masih banyak lagi kenakalanku yang lain, sejak kapan? Sejak aku kelas tiga. Luar biasa bukan? Ya, aku anak nakal yang selalu di pukul oleh guru, nyaris setiap hari.

Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang berhasil meraih gelar sarjana dengan masa kuliah tiga tahun.
Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang setiap hari memiliki luka di bagian jari.
Apakah kedua orang tuaku melaporkan mereka? Ooh tidak! Orang tuaku tahu, bagaimana sifat dan sikapku. Itulah kenapa mereka akan tambah memarahiku, setiap kali aku terkena hukuman.

Akulah Indah, korban kekerasan guru, yang sangat berterimakasih pada rotan dan penggaris kayu itu.

Namaku, Indah. Aku bahagia guruku pernah memukul saat aku nakal.

Terimakasih, Bu Hernita, rotan itu bukan hanya melukai tanganku. Tapi juga berhasil memukul keras batu yang ada di hatiku.

Beliau selalu memanggilku "Ndah" kalau aku sedang tidak bermasalah. Tapi saat aku berbuat salah, beliau akan menyebut namaku "Indah!" Dengan sangat keras.

Aku memakai nama 'Ndah' karena aku berterimakasih pada beliau.

Bu, Pak, tahukah anda?
Hanya anda yang tahu karakter anak-anak anda. Bagaimana bisa anda lepaskan tanggung jawab kepada gurunya di sekolah? Tapi anda menahan hak didik bagi mereka atas anak anda.

Bu, Pak, pikirkanlah, apakah mungkin seorang guru tiba-tiba memukul siswanya tanpa kesalahan?

Bu, Pak, mereka menggunakan tangan untuk menjewer. Tapi mereka menghabiskan setengah hidupnya untuk keberhasilan anak anda.

Saat anak anda menjadi dokter, anda berkata dengan bangga, "ini anakku, menjadi dokter karena kerja kerasku!"
Bu, Pak, pernahkah saat anak anda pintar membaca, lantas anda berterimakasih, pada gurunya?
Saat anak anda pandai menghitung, pernahkah berpikir untuk mendoakan gurunya?

Bu, Pak, kalian mengirim mereka ke sekolah, karena kalian tahu, mereka butuh seorang guru. Lantas, mengapa saat anak anda mendapat secuil cubitan, jeweran, lantas anda melaporkan gurunya ke polisi? Memenjarakan gurunya begitu saja.

Bu, Pak, anda tahu karakter anak anda. Pikirkanlah kenapa mereka di jewer, di cubit. Karena gurunya menyayangi mereka, memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

Bu, Pak, aku bukan guru, tapi aku adalah korban kekerasan guru, dan aku bangga guruku bersikap keras terhadapku. Karena kalau tidak, maka aku tidak akan seperti sekarang.

Bu, Pak, tidak perlu membawa bingkisan untuk gurunya. Cukup hargai mereka, tundukkan kepala dan ingat bagaimana peranannya untuk masa depan putra dan putri anda.

Mereka guru, dengan tulus mendidik, tapi di rumah, anda memberi anak-anak dengan gadget, dan tontonan televisi yang tak bermoral. Lalu, anda menyalahkan guru ketika anak anda berperangai buruk.

Kilau emas yang anda pakai itu, adalah hasil kerja keras penambang yang digaji tak seberapa.

Begitulah kerasnya kerja seorang pembentuk,

sumber grup wa

Popular Posts